#RinjaniBirthdayTrip Chapter 1 : The Mountain

#RinjaniBirthdayTrip Chapter 1 : The Mountain

Birthday trip tahun ini agak unik, karena di satu sisi udah kita rencanain bahkan jauh sebelum Rinjani lahir, tapi di sisi lain jadi birthday trip yang paling impulsif dan dadakan karena keputusannya agak last minute. Lah gimana ceritanya?

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Jadi sejak jaman pacaran saya sama Nyanya udah bercita-cita pengen punya anak perempuan yang bernama Rinjani. Bukan sekedar cita-cita, tapi kita udah kaya punya imaginary daughter gitu. Agak konyol dan ajaib sih, jadi nanti aja kapan-kapan cerita soal itu. Intinya, kita udah ngebayangin kalo nanti menikah dan punya anak perempuan, akan kita namain Rinjani, trus akan kita ajak ngerayain ulang tahun di gunung Rinjani, sesuai namanya.

Fast forward ke tahun 2018, anak perempuan bernama Rinjani itu udah bukan imaginary lagi, tapi beneran ada. Dan cerewet. Tapi saya dan Nyanya ga pernah kepikiran bakalan mendaki gunung Rinjani tahun ini. Selalu jadi wacana sih tiap tahun sejak 8 tahun terakhir, tapi setiap tahun juga kita ngerasa ‘belum ada panggilan’.

Sejak tahun kmaren sebenernya kita udah mencanangkan birthday trip 2018 itu mau di dalam negeri aja. Selain pertimbangan budget, juga biar membentuk mindset di kepala Rinjani kalo birthday trip itu ngga harus melulu ke luar negeri. Apalagi mengingat kita semua pas banget lagi pada bokek, jadi yaudah rencananya mau ke Labuan Bajo aja.

Tapi ternyata yah gais, liburan lokal itu bukan berarti lebih murah dibandingkan ke luar negeri. Aslek. Jadi kalo ada yang bilang liburan ke luar negeri itu identik dengan banyak duit, itu orangnya perlu disambit pake baling-baling pesawat dulu kayanya.

Aria-nya Intan (Dua Sejoli) yang udah bagaikan ‘pak lurah’-nya Labuan Bajo, berbaik hati ngebantuin kita menyusun itinerary sesuai yang kita mau lengkap dengan budgeting untuk ke sana. Begitu ngeliat total budgetnya, hhhmm, kayanya kita harus menabung lebih semangat lagi deh. Walaupun hitungan budget yang dibikinin Aria itu di bawah rata-rata (dibandingin dengan beberapa temen yang udah pernah ke sana), which is termasuk murah banget, tapi tetep aja buat kondisi kita sekarang agak berat. Kalo kata Booi, “ih kalo segitu mending kita ke Jepang aja!”

April semakin deket, sementara kita masih sibuk kasak-kusuk nyari destinasi yang murmer. Beda banget sama tahun-tahun sebelumnya yang persiapannya berbulan-bulan bahkan setahun sebelumnya udah beli tiket.

Karena pertimbangan terbesar adalah budget (ada yang baru abis-abisan duit buat renov rumah, ada yang lagi nabung buat mengejar impian masa depan, ada yang emang bokek infinity aja), jadinya kita nyari destinasi berdasarkan destinasi yang ada di Air Asia aja ahahah.

“Yaudahlah kita ke Jaipur aja, Wes Anderson-Wes Andersonan belaka..”

“Ih gamauk! Kalo ke India gamau dadakan, pengen bikin itinerary dulu biar puas!”

“Ke Lombok ajalah sesuai rencana awal. Kan Melon maunya snorkeling.”

“Gamau lokal ih. Minimal ke Phuket kalo Melon mau pantai-pantaian.”

“NGGA MAU PHUKEEET! Gue abis putus di sana kakaaa, nanti gue mellow kalo ke sana lagi..”

Watefak banget kan? Asli, rumit. Yang ulang tahun siapa, yang ribet siapa. Itu yang lebih banyak rewel berdebat tentunya para adik-adik bungsunya Rinjani, yang kalo di dunianya masing-masing dikenal sebagai developer advocate nganu-nganu lah, visual artist internesyenel, data science apalah yang keren-keren, tapi begitu ngumpul sama kita, mendadak jadi anak TK kolokan semua.

Singkat cerita, akhirnya Nyanya ngomong, “Aku tau! Kita ke Lombok aja sesuai rencana awal, tapi jangan cuman snorkeling, tapi naik Rinjani biar seru!” Sebelum wacana Labuan Bajo, kita ama Rinjani emang udah ngobrol-ngobrol soal rencana snorkeling di Lombok.

Dan semua setuju. Aneh sebenernya kenapa kok pada setuju, tapi yaudahlah daripada ga berangkat-berangkat.

Rencana dadakan yang disusun dalam waktu singkat itu dibuat sesimpel mungkin. Ke Lombok, naik gunung, turun ke pantai, trus udah. Sesimpel itu aja.

Tapi walaupun teorinya simpel, tetep aja prakteknya ga sesimpel itu. Yang pertama, mendaki gunung itu kan bukan tamasya keluarga haha-hihi seperti biasa. Ada persiapan fisik, mental, dan peralatan. Trus yang kedua, jalur naiknya juga kan ada beberapa alternatif yang masing-masingnya punya karakter dan tingkat kesulitan yang beda-beda. Jadi tetep aja butuh persiapan yang matang dan riset yang ga main-main.

Seperti biasa, urusan riset dan menyusun detail itinerary, Nyanya yang bertanggung jawab. Kebetulan banget pas lagi kasak-kusuk riset soal trekking ke Rinjani, ada salah seorang customer The Babybirds yang super baik hati bantuin kita. Namanya Eva. Ternyata Eva ini punya irisan lingkaran pertemanan sama kita, karena dia itu temennya temen kita, makanya langsung nyambung deh. Trus begitu tau kalo kita mau ke Lombok dan mau mendaki Rinjani, Eva langsung ngenalin kita ke sahabatnya, mas Ramli.

Mas Ramli ini adalah orang yang membawahi divisi promosi dan trekking management di Rinjani Geopark. Oh, Rinjani Geopark ini beda sama Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Kalo TNGR itu kan di bawah Kementerian Kehutanan, nah kalo Rinjani Geopark di bawah pemerintah daerah, dalam hal ini gubernur. Trus, Rinjani Geopark ini berafiliasi dengan geopark lainnya di seluruh dunia. Dan lucunya, tanggal 13 April kemaren, bertepatan dengan ulang tahunnya Rinjani, akhirnya Rinjani Geopark ditetapkan sebagai geopark dunia dan resmi bergabung sebagai anggota baru di  UNESCO Global Geopark. Kado ulang tahun yang manis buat Rinjani si kucrit sekaligus kejutan yang manis buat Rinjani si gunung. Terlalu banyak kata ‘Rinjani’ jadi pusing ga sih bacanya? Pokoknya gitulah. Kebetulan yang manis.

Kita beruntung banget bisa dikenalin sama Mas Ramli yang tinggi besar dan sangar khas anak gunung tapi senyumnya manis ini. Mas Ramli menyusun semacam paket perjalanan trekking selama 3 hari 2 malam mendaki Rinjani spesial buat kita. Dan sebagaimana layaknya paket perjalanan, semuanya udah lengkap dengan segala fasilitas akomodasi, transportasi, dan karena ini kegiatan trekking, jadi lengkap sama porter dan trekking guide juga. Dan untuk itu semua, kita cuman bayar 2,5 juta/orang. Why not banget sih.

Tapi yang bikin perjalanan kita ini jadi lebih berkesan (terutama buat kita-kita yang you know lah), mas Ramli itu ngasih kita rute yang menurut istilah beliau, masih perawan. Jadi semacam hidden track gitu, belum banyak pendaki yang tau. Namanya Rute Aik Berik, karena dimulai dari desa Aik Berik di Lombok Tengah. Katanya jalur ini biasa dipake sama warga setempat untuk pengobatan dengan berendam di sumber air panas alami, untuk berburu, atau memancing di danau Segara Anak. Tapi belakangan setelah pulang kita baru tau kalo ternyata konon katanya jalur ini juga merupakan jalur yang sering digunakan oleh orang sakti yang mau bertapa di gunung, dan sampe sekarang kebiasaan itu masih dilakukan warga setempat. Hahaha *tertawa watir*.

Trus menurut mas Ramli lagi, dibandingin sama rute Senaru dan Sembalun yang udah terkenal, rute Aik Berik ini menawarkan experience yang lebih lengkap, karena kita bakalan ngelewatin hutan, bukit, tebing, sungai, mata air, air terjun, pokoknya panorama alamnya komplit deh. Selain itu, kalo beruntung bisa ketemu rusa, babi hutan, dan berbagai jenis burung.

“Hal yang paling bikin saya selalu kangen sama rute ini adalah suara kicauan burungnya. Nanti kalian akan denger sendiri deh,” kata mas Ramli.

Menjanjikan sekali sih. Tapi satu hal yang bikin kita terharu adalah, usaha mas Ramli untuk mempopulerkan rute ini adalah demi membantu meningkatkan perekonomian warga Aik Berik itu sendiri. Mulai dari membangun penginapan untuk para pendaki, membentuk tim porter dan trekking guide yang profesional, memberikan pelatihan-pelatihan, semuanya dengan memberdayakan warga setempat, dan semuanya dijabanin sama mas Ramli. Hebat ya?

Panjang yaa intronya. Cerita pendakiannya bakalan lebih panjang, siap-siap pisang goreng sama teh panas ya?

//embedr.flickr.com/assets/client-code.jsRinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Sore menjelang magrib kita udah mendarat di Praya International Airport. Malam sebelumnya kontingen Bandung udah berangkat ke Jakarta buat nginep di apartemennya Yohan, biar paginya bisa nyantai dulu sarapan-sarapan lucu dan bisa bareng ke bandaranya pake kereta bandara yang baru itu. Dari apartemen Yohan ke stasiun lumayan deket.

Kenyataannya, begitu nyampe stasiun Sudirman, Yohan baru nyadar ketinggalan kacamata trus harus balik lagi ke apartemen sambil (literally) lari karena kalo pake Gojek atau sejenisnya bakalan lebih lama. Trus jadinya tetep ga santai dan ga bareng ke bandaranya karena waktunya udah mepet jadi kita cabut duluan aja dan Yohan menyusul naik kereta berikutnya. Yang rajin ngikutin cerita-cerita perjalanan kita sih pasti udah ngga heran sama kebodohan-kebodohan macam begini.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Di bandara Praya, kita dijemput langsung sama mas Ramli pake mobil. Malam itu kita mau langsung ke desa Aik Berik, sekitar 30 km atau 1 jam perjalanan dari bandara. Kaya yang tadi saya bilang, desa ini adalah starting point pendakian. Di desa Aik Berik, kita udah ditunggu di penginapan sama tim pendaki yang bakalan nemenin kita selama perjalanan besok. Timnya terdiri dari 5 orang porter dan 1 orang trekking guide. Semuanya warga lokal yang secara natural udah berpengalaman banget sama rute yang akan kita tempuh, dan secara profesional udah diberi pelatihan-pelatihan oleh mas Ramli dan tim Rinjani Geopark. Selain porter dan guide, malam itu juga ada mas Jalal, pengelola penginapan dan pengasuh tim pendaki ini. Sama kaya mas Ramli, mas Jalal ini juga pendaki senior. Setelah berkenalan dan ngobrol-ngobrol sambil makan malam, kita lanjut briefing untuk persiapan besok.

Waktu briefing, saya sama Nyanya berkali-kali mastiin lagi ke mas Ramli kira-kira Rinjani sanggup apa ngga. Kita juga cerita kalo Rinjani udah punya pengalaman hiking ke beberapa tempat sebelumnya, tapi ini pertama kalinya trekking dan kemping. Kita juga ngga berharap rutenya child-friendly sih, karena yakali gunung child-friendly. Tapi minimal jangan terlalu ekstrim gitu. Mas Haris, trekking guide yang akan memandu kita besok, ngeyakinin kalo Rinjani pasti bisa kok. Dan dia juga janji bakalan ngebantuin. Lega sedikit. Tapi masih deg-degan. Mas Ramli juga bilang, kalo Rinjani adalah anak perempuan di bawah 10 tahun yang pertama yang mendaki Rinjani. Wow, kita jadi makin semangat.

Selesai briefing, kita semua langsung masuk ke kamar masing-masing. Penginapannya berupa bilik-bilik panggung yang semi terbuka. Mungkin karena udah lumayan tinggi di kaki Rinjani, jadi udara malam itu berasa dingin. Airnya apalagi. Walaupun kamarnya banyak area kebuka tapi ga ada nyamuk. Cuman suara kodok aja bersahut-sahutan kenceng banget. Apa nyamuknya udah abis dimakan kodok kali ya?

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Pagi-pagi jam 6 kita semua udah bangun dan bersiap-siap karena jam 7 kita udah harus berangkat ke basecamp yang jaraknya sekitar 3 km dari penginapan untuk mengambil peralatan dan menitipkan barang-barang bawaan kita yang ga akan dibawa mendaki. Sarapannya juga di basecamp ini, karena basecampnya juga berfungsi sebagai kafe kecil.

Jadi yang kita bawa itu cuman keperluan pribadi selama pendakian aja. Mulai dari baju ganti untuk 3 hari, jaket, obat-obatan, dan keperluan pribadi lainnya. Sisanya ditinggalin di basecamp. Semua itu harus diangkut sendiri di backpack masing-masing. Lah trus porter kerjaannya ngapain? Jangan sedih, barang-barang keperluan mendaki ternyata banyak banget. Porter yang 5 orang itu mengangkut semua tenda, sleeping bag, bahan makanan, panci, penggorengan, bahkan kompor gas portable aja sampe 2 bijik. Bahan makanan aja udah kaya seisi warung, mulai dari indomi, telor, berbagai jenis sayuran, berbagai macam buah, kecap, saos, sebut aja semuanya ada. Jadi jangan berharap bisa nitipin barang di porter. Dan tentunya, siap-siap trekking sambil bawa backpack pribadi yang lumayan berat karena harus bawa pakaian 3 hari plus pakaian buat mengatasi dingin mulai dari jaket, sweater, heattech, kemeja buat layer kalo siang dan semacamnya.

Beda sama porter-porter yang suka saya liat di foto-foto yang cuman pake sarung sambil nyeker trus bawa barangnya pake pikulan, mas-mas porter yang bareng sama kita ini penampilannya beneran pake tas gunung dan perlengkapan naik gunung yang proper. Mungkin ini termasuk SOP dari mas Ramli juga kali ya, biar terlihat lebih pro. Hal sepele yang sebenernya penting banget. Selain alasan keamanan, secara estetis juga lebih enak diliat aja kalo difoto. Penting kan?

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Setelah sarapan di basecamp, kita masih lanjut naik mobil bak terbuka lebih kurang 30-45 menitan ke gerbang masuk. Sebenernya ga ada gerbangnya sih, kita cuman diturunin di pinggir kebun pisang gitu, abis itu udah lanjut jalan kaki masuk ke kebun pisang.

3 jam pertama perjalanannya memasuki hutan. Berasa gitu mulai dari entrance hutan yang masih agak terang dan landai, makin lama makin gelap dan nanjak. Selama 3 jam pertama itu kita cuman istirahat 2 kali, masing-masing cuman 5-10 menitan. Pas istirahat makan siang baru deh agak lama, sekitar 1 jam istirahat. Kita makan siangnya di pos 1. Untuk efisiensi, siang itu kita makan pake nasi bungkus yang dibawa dari bawah.

Setelah istirahat makan siang, baru deh, the real deal. Deep forest-nya udah selesai. Sekarang treknya semak belukar yang didominasi pohon pakis. Di beberapa titik mas-mas porter harus menebas ilalang dan semak-semak dulu biar kita bisa lewat. Jadi katanya dari 1 Januari-31 Maret kmaren itu jalur pendakian Rinjani ditutup karena cuaca ekstrim, makanya pas April dibuka, jalurnya banyak yang udah rimbun tertutup semak belukar.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

3 jam kedua, dari jam 1 siang sampe jam 4 sore kita naik turun bukit, menyusuri lereng pegunungan, dan turun ke lembah-lembah melintasi sungai. Di beberapa bagian ada yang tanjakannya konstan naik terus. Kita yang tadinya masih haha-hehe mulai hah-heh-hoh. Aslik itu nanjaknya ga santai banget. Pokoknya turunan sampe seturun-turunnya ke dasar lembah, trus abis itu jangan sedih, naik lagi senaik-naiknya ke puncak bukit berikutnya. Kita sampe misuh-misuh, “Sia-sia deh tanjakan tadi! Udah tinggi-tinggi eeh musti turun lagi ke bawah!”

Tapi semua yang dijanjiin mas Ramli tentang kicauan burung, panorama alam, semuanya beneran kejadian sih. Full experience-nya beneran full. Waktu ngelewatin hutan lebat itu, kicauan burungnya bersahut-sahutan syahdu banget. Ngangenin, memang.

(barusan pas lagi ngetik, saya beneran brenti sebentar trus merem, dan suara burungnya kaya masih ada di kuping)

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Landscape-nya asli bagus banget. Terbukti perawan tingting, sesuai janji mas Ramli. Saya kawatir kalo diceritain malah jadi merusak imajinasi, jadi silakan liat-liat aja foto-fotonya. Walaupun menurut saya foto-fotonya kurang sukses menangkap keindahannya secara menyeluruh (inget waktu di New Zealand?), tapi ya minimal bisa ngasih gambaran sedikit lah. Trus ternyata terbukti juga kalo ini tuh beneran hidden track. Buktinya selama perjalanan naik dan turun, kita ngga ketemu manusia sama sekali. Baik pendaki maupun penduduk setempat. Pokoknya ga ketemu peradaban, ga ada sinyal, ga ada apa-apa.

Jam 4 sore, ngga lama setelah ngelewatin pos 2 kita berhenti mendaki dan mulai bersiap mendirikan tenda. Jalurnya emang sangat tidak direkomendasikan untuk perjalanan malam, jadi malam ini kita akan berkemah di setengah perjalanan ke Plawangan. Tepatnya di bibir lembah di tengah hutan belantara, sodara-sodara.

Trus Kucrit apa kabar?

Baik. Terlalu baik malah, sampe ngeselin. Orang lagi ngos-ngosan sampe napas berasa mau putus, dia dengan polosnya nanya, “kenapa sih pada ngos-ngosan?” Keseul.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Tadinya kita sangat mengkawatirkan dia bakalan bikin perjalanan jadi lambat, atau malah lebih parah, kawatir dia cranky. Saya pribadi paling ngeri ngebayangin kalo sampe dia minta gendong. Udah pasti saya yang gempor karena om Bubu ga ikut petualangan kali ini.

Tapi yang ada justru malah sebaliknya. Justru saya dan Nyanya yang banyak minta berhenti sebentar buat napas. Dia mah pecicilan loncat sana loncat sini sambil pantat geol-geol kaya kijang centil. Kalo mulai bosen, dia bersenandung lagu-lagu random, bikin kita terpancing ikut nyanyi-nyanyi. Trus kalo makin bosen, makin ngawur lagunya, trus malah ketawa-ketawa. Nyanya sampe penasaran ngedeketin kupingnya ke hidung Rinjani,

“Aneh loh dia beneran ga ngos-ngosan sama sekali! Paru-parunya ada tiga kali nih!” Ahahah.

Jawaban yang paling masuk akal, mungkin itu bayaran dari konsistensi Nyanya nganterin dan nyemangatin dia latihan renang tiap minggu.

Praktis selama total 6 jam jalan kaki naik turun lembah dan bukit menembus hutan dan semak belukar, Rinjani jalan sendiri tanpa digendong sama sekali. Sesekali mas Haris menggandeng atau bantu megangin di jalur-jalur tertentu yang agak berat buat kakinya yang masih pendek. Tapi secara keseluruhan, Rinjani berhasil mandiri.

Mas Haris, trekking guide kita, perlu banget dikasih catatan khusus nih.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Selama ini saya selalu respek banget sama golongan orang-orang yang tingkat kesabarannya udah sampe di level mampu menghadapi anak kecil orang lain (karena saya dan Nyanya selalu merasa ga mampu sampai di level itu). Nah, mas Haris ini termasuk dalam golongan orang-orang yang levelnya jauh di atas itu; dia ngga sekedar bisa menghadapi anak kecil, tapi bisa menghadapi Rinjani.

Mas Haris ini ga cuman sabar, tapi juga bisa memperlakukan Rinjani dan memposisikan dirinya percis banget sesuai yang saya dan Nyanya pengen. Dia ngga pernah membantu Rinjani secara berlebihan, ngga pernah menawarkan untuk menggendong, dan ngga manjain sama sekali. Yang dia lakuin, membantu seperlunya, selalu ngasih semangat, dan selalu ngeyakinin kalo Rinjani bisa. Gayanya ngga kaku, tapi juga ga terlalu pecicilan nyebelin ala-ala orang dewasa yang suka sok bisa mengambil hati anak-anak. Pokoknya pas aja. Rinjani yang super selektif sama orang asing itu keliatan nyaman.

Ngga cuman mas Haris, para porter yang lain juga semuanya sangat friendly sama Rinjani. Sapaan mereka buat Rinjani khas banget, “Rinjaniiiii!” gitu deh, ga bisa ditulis intonasinya. Trus mereka juga ada aja idenya bikin-bikin berbagai kreasi mulai dari crown pake daun pakis yang keren banget, panah-panahan, main ayunan di akar-akar pohon. Seru banget pokoknya, Rinjani jadi ga sempet cranky.

Kita semua yakin, peran mas Haris dan para porter yang friendly ini gede banget pengaruhnya buat bikin Rinjani bisa menaklukkan hari pertama dengan gampang. Dan ngeliat Rinjani keliatan enjoy sepanjang perjalanan, kita semua juga jadi ikut kebawa enjoy, walaupun dengkul somplak.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Begitu nyampe di spot kemah, para porter mulai mendirikan tenda. Tendanya ada dua. Yang satu buat Booi sama Yohan, trus satu lagi buat kita bertiga sama Rinjani. Para porter bikin tenda pake terpal gede gitu, trus mereka berjejer di sana pake sleeping bag. Kita juga masing-masing dikasih sleeping bag.

Beres urusan tenda, mereka mulai memasak. Kalo siangnya tadi kita makan pake nasi bungkus yang mereka bawa dari bawah, malam ini pertama kalinya kita dimasakin. Peralatan memasaknya lengkap. Kompor gas portable aja ada dua. Setiap pemberhentian mereka selalu masak air panas, trus bikin teh sama kopi. Makanan yang dimasak pun lumayan niat, bukan cuman indomi belaka. Ada sayur lalapan segala loh.

Oh, satu lagi highlight pendakian kita adalah sambal bajo pemberian Eva.

Jadi ya, Eva itu bela-belain masak sambal bajo buat kita, trus dititipin ke mas Ramli pas sebelum ngejemput kita ke bandara. Bajo itu artinya ikan asin kalo di sana. Jadi itu sebenernya sambal ikan asin yang enak banget. Katanya buat bekal kita makan di gunung. Sore menjelang malam itu langsung kita buka dong. Bayangin deh, setelah capek seharian nanjak, trus kedinginan, trus dimasakin nasi putih ngebul, trus makan pake sambal bajo pemberian orang yang baiknya udah ga ngerti lagi padahal belom pernah ketemu sama kita, pengen kray ga sih? Campur aduk antara keenakan makan nasi panas dan sambal bajo, menikmati pemandangan, dan terharu kok ada aja orang yang baik banget sama kita.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Hari pertama kita total mendaki 6 jam. Mulainya jam 9 pagi, trus istirahat makan siang jam 12 sampe jam 1, trus jam 1 lanjut sampe jam 4 sore. Entah elevasinya berapa, kilometernya berapa, dan ketinggian berapa.

Trus setelah trekking seharian, apakah begitu tenda berdiri dan kekenyangan makan nasi panas pake sambal bajo kita langsung tepar? Ofkors not, Jose. Kucrit? Apalagi dia. Sejak orang-orang masih sibuk ngurusin tenda, dia udah ribuuut aja pengen main ludo atau main kartu. Jadi kita sengaja bawa board games 3 in 1 gitu, isinya ludo, ular tangga, sama halma. Bawa kartu juga sih, tapi akhirnya malah ga sempet dimainin, karena surprisingly main ludo itu seru parah.

Ludo itu kan main bunuh-bunuhan gitu kan, jadi yaudah beneran pada nafsu gitu mainnya. Apalagi Booi sama Yohan. Asli malam itu rusuh banget, ngakaknya udah ga kontrol membahana di seantero hutan. Saking rusuhnya, tendanya sampe rubuh karena kita mainnya sambil ngumpul umpel-umpelan di satu tenda. Gara-gara ludo jahanam, kita yang harusnya istirahat malah ujung-ujungnya tetep tidur tengah malem, termasuk Rinjani si anak aneh yang ga ada capenya. Bahkan api unggun yang udah dibikinin malah dianggurin, sibuk bunuh-bunuhan dalem tenda.

Btw, langitnya bagus banget malam itu. Bintangnya bertaburan dan gede-gede. Sayang kameranya kurang canggih meng-capture keindahan malam itu jadi yaudah cekrek-cekrek simpan dalam hati aja.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Pagi-pagi kita semua dibangunin sama suara burung. Paginya dingin banget astapiruloh. Tapi seperti biasa, teh dan kopi panas udah tersedia. Biskuit dan crackers, juga udah dihidangin, cemilan sambil menunggu mereka bikin nasi goreng buat sarapan. Gila ya, itu carrier-nya porter udah kaya indomaret isinya lengkap banget. Bisa dibayangin beratnya kaya apa.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Jam 8 pagi kita udah mulai jalan lagi. Setelah kemaren seharian masih survive bercelana pendek, hari ini Mas Haris nyaranin kita semua pake celana panjang, karena trek selanjutnya banyak semak belukar yang lebat dan masih basah karena embun pagi. Ternyata ga cuman lebat, tapi di beberapa bagian jalannya bahkan ga keliatan sama sekali, jadi harus diterabas dulu. Jalur yang kita lewatin emang mostly rimbun sih. Tapi yang menarik, vegetasi tumbuhannya berubah terus seiring dengan semakin bertambahnya ketinggian kita. Jadi di ketinggian yang berbeda, jenis tanamannya juga beda-beda.

Sepanjang perjalanan, mas Haris rajin ngasih fun facts atau penjelasan singkat seputar hal-hal menarik di sekitar kita. Ngga cuman cerita, tapi waktu Nyanya kena daun yang bikin gatel banget, mas Haris segera ngambil tunas pakis dan menggosok bagian yang kena daun itu pake getah dari tunas pakis.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Selain ancaman nyungsep ke lobang atau jatuh ke jurang, sebenernya tanaman-tanaman aneh juga ga kalah seremnya sih. Itu aja daun yang ngenain Nyanya, katanya efeknya bisa sampe 1-2 hari baru beneran sembuh. Trus ada lagi namanya daun seserak. Mas Haris bilangnya Seserak sih, tapi kalo hasil googling, namanya yang lebih populer itu daun jelatang. Coba googling deh. Tanaman ini punya semacam duri-duri kecil di seluruh permukaan daun dan batangnya. Kalo kena kulit, rasanya kaya disengat listrik. Di kasus-kasus tertentu bahkan bisa mematikan. Celakanya, di beberapa titik jalur yang kita lewatin, ada koloni tanaman jelatang ini banyaakk banget. Dan kita mau ga mau harus ngelewatin. Kebayang kalo sampe kepeleset trus jatuh terjerembab ke tanaman beracun itu.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Hari kedua ini jalurnya makin ekstrim. Mungkin karena makin tinggi juga ya, jadi banyak tanjakan curam. Ada beberapa bagian yang kita harus merayap di bebatuan. Trus ada lagi beberapa bagian yang melipir di lereng bukit.

Baru jalan sekitar 1-2 jam, sekitar jam 10 pagi kita nemu sungai yang airnya jernih banget. Bocah-bocah ga bisa liat sungai dikit, bawaannya langsung pengen nyebur. Akhirnya kita memutuskan istirahat dulu di situ. Ga pake nunggu di komando, Rinjani, Yohan, sama Booi langsung nyemplung. Tapi sedetik kemudian langsung pada brain freeze karena airnya sedingin es. Tapi tentunya ga kapok.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Menurut mas Ramli, salah satu kelebihan rute Aik Berik ini adalah, banyak sungai mata air sepanjang perjalanan. Jadi kita ga perlu kawatir kekurangan minum. Mata airnya tinggal diciduk pake tumbler, trus diminum deh. Rinjani waktu itu sok-sokan ga mau pas kita kasih air sungai buat minum.

“Loh, dari kmaren kan yang kamu minum itu air sungai semua.”

“…Oh.”

Akhirnya dia pun cuek.

Beres mandi-mandi, lanjut nanjak lagi. Pas jam makan siang sekitar jam 12 kita nyampe di post 3, pos terakhir sebelum nyampe Plawangan yang kita tuju. Seperti biasa, para porter sibuk menyiapkan makan siang, kita semua sibuk… foto-foto. Walaupun jalan berjam-jam dan mataharinya lumayan terik tapi tetep aja berasa dingin banget karena udah mulai deket ke puncak. Makanya di pos 3 ini kita goleran sunbathing di rumput aja sambil nungguin jemuran bekas mandi-mandi tadi kering.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Abis makan siang, lanjut bagian akhir dari pendakian. Harusnya 3 jam lagi nyampe. Sisa perjalanannya tinggal 1-2 kali tanjakan dan turunan curam di 1 jam pertama, abis itu 2 jam terakhir savana yang luas banget. Di sini panas teriknya matahari berasa banget karena ya udah ga ada pepohonan. Beneran savana dan bukit berbatu-batu doang.

Kayanya 2 jam terakhir itu paling berat sih. Selain karena udah kecapean sejak kemaren jalan non-stop, panas matahari dan tanjakannya yang sebenernya ga terlalu ekstrim tapi konstan itu bikin frustasi banget. Rinjani sama mas Haris udah jauh di depan. Trus di belakangnya Booi sama Yohan menyusul. Saya dan Nyanya tertatih-tatih di belakang berusaha ngejar. Pohon-pohon pinus tempat yang kita tuju udah keliatan jelas sejak berjam-jam yang lalu, tapi ga nyampe-nyampe ya gusti.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Pas jam 4 sore, begitu sampe di ujung savana, manjat tebing dikit, keliatanlah Plawangan yang kita tuju. Rinjani dan yang lain udah setengah berlari membelah Plawangan menuju bibir kawah danau Segara Anak. Begitu saya sama Nyanya mendekat, si kucrit sotoy tiba-tiba nongol dari bibir kawah berbalik nyamperin kita sambil heboh teriak,

“muuumm! Mereeemmm! Tutup matanya! MEREEEMM! Ayo sini aku pegangin!”

Ceritanya dia mau ngasih kita surprise dengan pemandangan yang udah dia liat duluan. Akhirnya kita nurut, jalan ke bibir kawah sambil tutup mata dituntun Rinjani.

“BUKA MATAAAA!!”

Ya Allah. Danau Segara anak biru membentang. Puncak Rinjani tertutup awan di seberangnya. Kray seketika.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Mulai dari terharu, terpesona, pokoknya semuanya campur aduk, kecuali rasa capek yang ga berasa sama sekali. Bukannya apa-apa, emang udah kebas aja sih saking capeknya, kaya ga punya kaki.

Tapi yang pasti kita masih ga percaya bisa nyampe sini. Yang lebih ga percaya lagi, Rinjani bisa nyampe sini dengan kakinya sendiri, tanpa digendong. Saya ga pernah tertarik sama tahayul, tapi selama perjalanan Rinjani keliatan in her element banget, seakan-akan ada kekuatan gaib yang terus-terusan nge-charge dia. Ya atau dia emang kuat banget aja.

Kita nyampe Plawangan pas banget momennya. Pas golden hours. Sesuai rencana, malam ini kita bakalan kemping di sini. Tadinya ada wacana mau turun ke bawah ke pinggir danau. Trus ada wacana juga mau lanjut ke puncak Kondo, satu-satunya puncak yang bisa dicapai dari sisi jalur Aik Berik. Tapi akhirnya kita memutuskan untuk menikmati suasana di Plawangan aja. Udah pada betah semua jadi males ke mana ngapain lagi.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Plawangan ini tingginya 2400 meter di atas permukaan laut. Sementara puncak Rinjani itu tingginya 3726 m. Jadi kita berada di ketinggian lebih kurang dua pertiganya gunung Rinjani. Anginnya udah ga kontrol lagi. Dinginnya apalagi. Malam itu kita lebih banyak nongkrong ngelilingin api unggun. Sisanya, ngapain lagi kalo bukan bunuh-bunuhan main ludo. Padahal mas Haris udah wanti-wanti, besok pagi bangunnya harus lebih pagi kalo mau liat sunrise. Tapi ya tetep aja tidurnya larut, termasuk kucrit.

Malam itu langitnya cerah banget. Bintangnya banyak banget dan makin gede-gede. Kebayang ga, di Plawangan yang luas terbuka, di atas kita bintang-bintang gemerlap gede-gede, trus di depan mata danau membentang. Tapi seriusan, bintangnya gede-gede banget, lebih gede dibanding yang kita liat waktu di New Zealand. Lebih bagus pokoknya. Kalo kata Booi sebagai lulusan manajemen perbintangan, bintangnya keliatan gede karena kita tinggi banget di atas gunung jadi udah deket ke bintang.

Oke.

Oh, untuk mengenang om Bubu yang birthday trip kali ini mendadak berhalangan ikut, kita foto bareng tetep dengan menampilkan muka dia di iPad. Antara demi kebersamaan, atau pengen manas-manasin aja sih. Soalnya di antara kita semua, yang beneran anak gunung tuh justru cuman dia sendiri. Kita-kita yang lain ya emang anak seribu pulau aja.

Saya jadi kepikiran, mungkin itu ya yang bikin kita betah satu sama lain. Yohan itu lahir dan gede di pinggir danau di Sorowako, makanya dia paling ga tahan liat air. Booi gede di Bontang. Nyanya di Ciawi daerah Puncak. Saya jangan ditanya, anak pedalaman mentok. Ternyata kalo dipikir-pikir pada dasarnya kita semua emang anak kampung aja.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Selain ngediriin tenda, mas porter juga bikin toilet darurat berupa lobang di tanah yang ditutupin dinding 3 sisi pake terpal. Liat terpal kuning sebelah kiri, di foto di atas? Nah itu dia. Ini jorok banget sih ceritanya, jadi kalo sekiranya ga akan tahan, mending skip ke paragraf-paragraf akhir aja.

Jadi selama pendakian, kita ga terlalu bermasalah dengan pipis, karena bisa di sungai atau di balik pohon aja. Ngga ada yang rewel lah. Tapi kalo pup lain cerita. Walaupun bisa juga di sungai, tapi kaya males aja gitu. Akhirnya sampe hari kedua di Plawangan kita semua masih tahan ngga pup. Tapi program menahan pup ini ga didukung sama para porter, karena mereka terus-terusan ngasih kita makanan dan cemilan yang susah ditolak karena emang enak-enak. Terutama tempe goreng khas Lombok yang entah kenapa bisa krispi dan enak banget. Booi sampe kesel, “Aduuhh aku gamau makan lagiiii nanti aku puuuup!”

Tapi sore itu, begitu toilet darurat berdiri gagah ga jauh dari tenda kita, hasrat pengen pup jadi mendadak bergelora dong. Apalagi pas saya tanya toiletnya bisa buat pup atau cuman pipis aja, masnya bilang boleh buat pup. Oooh the temptation. Tapi tetep ga ada yang berani sampe akhirnya saya membulatkan tekad untuk mencoba toilet yang sangat menggiurkan itu.

Beberapa menit kemudian, mission accomplished! Yeaaa, lega! Sesuai instruksi, lobang bekas pupnya saya timbun sedikit pake tanah bekas galiannya. Menyisakan lobang yang tentunya makin berkurang kedalamannya. Kesuksesan saya akhirnya menginspirasi Nyanya dan Booi yang tadinya udah bertekad mau pup besok pas udah pulang aja untuk ikutan pup di situ. Akhirnya dengan teknik yang sama, tertimbunlah 3 layer pup di lobang yang sama, menyisakan sedikiiit lagi lobang yang udah hampir rata sama tanah.  Masalahnya masih ada Yohan yang masih bertahan hahahahahahha. Tadinya dia udah bertekad untuk ngga mau. Padahal udah kita takut-takutin, tar kalo makin gelap udah makin repot loh.

“Udah yoo, sikat aja, masih gue sisain lobangnya dikit kok. Cukuplaah..”

“Ngga mauuu! Tar kalo pup gue panjang gimana?”

“Ya diputus aja, trus keluarin lagi..”

“Kalo banyak?”

AAAAAAAHAHAHAHAH EWWWWW!

Trus ujung-ujungnya pas udah gelap, Yohan malah kelimpungan minjem parang trus kabur dalam kegelapan. Balik-balik mukanya sumringah,

“I dig my own hole! Mwahahahah!”

Syampaah :))))))))

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Pagi-pagi jam 6 kita udah dibangunin dengan panggilan khas para mas porter, “Rrrinjaniiii!”

Dengan outfit berlapis-lapis, kita semua berbondong-bondong naik ke pinggir kawah. Sunrise-nya cantik banget. Dari gelap, perlahan matahari mulai ngintip-ngintip dari balik puncak Rinjani di seberang danau. Surreal banget rasanya.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Beres menikmati sunrise dan menyimpannya di memori kepala dan kamera, kita balik ke tenda dan lanjut sarapan di pinggir api unggun. Walaupun ga saling diomongin, tapi isi kepala kita sama semua; kmaren kita nyampe sini butuh waktu 2 hari, trus sekarang turunnya lewat jalur yang persis sama, masa harus 2 hari lagi? Mo nangis ngebayanginnya tapi ngengsi. Apalagi saya pribadi, yang kmaren pas merayap di tebing batu sampe ga berani liat ke bawah saking terjalnya. Apa kabar turunnya ntar?

Tapi menurut mas Haris, turunnya pasti lebih cepet kok. Para porter aja biasanya kalo turun cuman butuh waktu 3 jam. Gile. Tapi emang gila sih porter-porter ini. Setiap mereka mau ngeberesin tenda kan kita udah jalan duluan nih. Eh ga nyampe 30 menit kemudian tau-tau udah nyusul di belakang dong. Udah kaya kijang jalannya.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Tapi memang terbukti sih, perjalanan turun itu lebih cepet. Tapi harap dicatat ya, walaupun lebih cepet, bukan berarti lebih gampang loh. Dengkul yang udah disiksa 2 hari nanjak, begitu dibawa turun langsung berasa ringsek nahan beban turun terus-terusan. Yang paling berasa sih penyakit shin splints saya yang emang udah kambuhan sejak jaman rajin lari, sekarang muncul lagi. Trus yah, walaupun mostly jalurnya turunan, tapi jangan sedih ya, semua turunan yang kmaren sangat kita damba-dambakan pas perjalanan naik, sekarang tentunya berubah jadi tanjakan semua :)))

Selain memandu perjalanan, mas Haris ini juga jago time-keeping. Setiap pemberhentian dan jadwal istirahat semuanya terukur. Makanya pas turun, kita makan siang pas di tempat kita kemping di malam pertama, sesuai target yang diset mas Haris. Jadi waktu tempuh kita turun itu persis setengahnya waktu tempuh naik. Jadi asumsinya, kita bakalan nyampe di starting point pas menjelang magrib, karena tinggal sisa setengah perjalanan lagi.

Akhirnya setelah menunggu-nunggu sejak kemaren, menu pamungkas itu dikeluarin juga pas makan siang hari ketiga. Jengjeeeng! Indomie Goreng, wohooo! Ini sekaligus jadi milestone penting buat Rinjani sih. Karena untuk pertama kalinya seumur hidup, dia makan indomie.

Sedikit catatan buat yang penasaran kenapa Rinjani dari lahir kita larang makan Indomie. Jadi buat saya dan Nyanya alasannya lebih dari sekedar soal MSG dan kandungan-kandungan lainnya, tapi lebih ke masalah manajemen selera. Indomi itu kan kaya narkoba yah, sekali nyoba dijamin pasti ngga mungkin ngga ketagihan. Makanya Rinjani dari lahir kita tunda dulu nyobain makanan berjenis narkoba ini, termasuk permen, kue-kue aneh, minuman berwarna, coklat-coklatan, dan lain-lain. Tujuannya, biar dia fokus dulu nyobain berbagai jenis makanan yang ‘kurang enak’. Kalo dibiasain makan indomi dari kecil, dia bakalan terus-terusan minta, dan nyari cara untuk bisa sering-sering makan indomi. Trus lupa sama makanan lain.

Sekarang terbukti, Rinjani ketergantungan sama air putih dan ga terlalu suka minuman berwarna, ga terlalu suka kue-kue ulang tahun, gampang giung kalo dikasih coklat, dan begitu dikasih indomi, reaksinya biasa aja. Mungkin karena lidahnya udah terlalu pusing sama ratusan jenis makanan lain yang aneh-aneh yang udah kita cekokin duluan sejak lahir. Sempet excited sih pas makan indomi pertama kali itu, tapi sampe sekarang dia ngga pengen lagi tuh.

Tapi trus indomie ini membawa malapetaka. Ga lama abis makan siang, Rinjani yang dari awal jadi juara bertahan ngga pup, akhirnya mules dan pengen pup. Kita panik dong, karena ga ada tempat yang bisa buat pup. Trus karena disuruh tahan sebentar sampe ketemu sungai, akhirnya malah udah ga pengen lagi. Trus pas dalam hutan dia kebelet lagi. Akhirnya pup aja di semak-semak. Another important milestone, pup di alam terbuka ahahah.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Seperti biasa, setengah perjalanan akhir itu emang selalu paling berat sih. Dan paling membosankan juga. Soalnya beberapa jam pertama perjalanan naik itu hutan belantara yang kaya ga beres-beres. Jadi perjalanan pulangnya juga sama. Trus parahnya lagi, begitu beres makan siang, tau-tau ujan dong. Sebenernya ga terlalu deres sih, dan karena kita di dalam hutan lebat, jadi ga terlalu berasa ujannya. Tapi tetep aja basah.

Karena ujannya masih ga terlalu deres, perjalanan tetep berlanjut dengan pake jas hujan. Kucrit paling aneh sendiri karena dia bawa jas hujan sendiri. Absurd aja liat Hello Kitty pink di tengah hutan.

Yang paling mengganggu gara-gara ujan adalah jalanan yang kita lewatin jadi basah semua. Mulai dari becek, lumpur, genangan air, dan yang paling malesin, pacet di mana-mana. Udahlah sering kepleset, badan sampe kaki basah semua, pacet pada nempel pula. Rinjani yang jalannya paling depan selalu jadi alarm pacet, karena entah kenapa dia selalu bisa liat. Jadi tiap ada pacet dia akan teriak sambil loncat.

Di akhir-akhir perjalanan, mas Haris bilang kalo 30 menit lagi kita nyampe. Kita semua udah seneng banget, terutama dengkul yang makin ga kompromi rasanya. Tapi udah sejam kemudian tetep ga nyampe juga dong. Padahal tadinya kita udah setengah berlari karena semangat. Asli itu frustasi banget sih. Hutan basah yang ga ada ujungnya.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Menjelang sore, akhirnya kebon pisang yang sangat ditunggu-tunggu keliatan juga. Belum pernah saya sebahagia itu liat pohon pisang. Tapi yang paling membahagiakan adalah waktu tau-tau dari arah berlawanan ada mas-mas nyamperin kita bawain Pocari sama pisang. Ternyata si masnya ini adalah tim penjemput kita, yang udah nungguin beberapa ratus meter dari situ. Berarti dia bela-belain nyamperin kita beratus meter cuman buat nganterin Pocari sama pisang doang. Pengen saya kecup rasanya mas-mas itu.

Beberapa menit kemudian, mobil bak terbuka yang kmaren nganterin kita naik udah keliatan. We did it! Rinjani did it! Kita semua langsung peluk-pelukan terharu. Kray berjamaah. Kaya ada sesuatu yang mau meledak gitu di dada. Campur aduk.

Terharu karena bisa sampe tujuan dan pulang dengan selamat. Terharu karena bisa ngajakin Rinjani. Terharu karena punya orang-orang yang walaupun tolol-tololan tapi bisa saling support dan mewujudkan perjalanan yang di atas kertas ga masuk akal ini. Terharu bisa kenal sama orang-orang baru yang pada baik-baik banget ngebantuin kita dari bisa berangkat sampe bisa pulang lagi. Banyaklah pokoknya. Gatau sih, mungkin karena dengkul udah pengkor ga bisa jalan jadinya mendadak mellow-mellow romantis gimana gitu. Capek, intinya.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Pas magrib kita udah nyampe di basecamp lagi. Mas Ramli udah nungguin sambil ngopi-ngopi di sana. Setelah istirahat sebentar, kita langsung berangkat dianterin mas Ramli ke hotel di daerah Senggigi. Sebenernya B&B sih, bukan hotel. Jadi ada dapur dan ruang tengahnya gitu.

Ga lama setelah kita nyampe, Eva dateng bawa beberapa bungkus ayam taliwang. Gila ya, kaya ga abis-abis baiknya anak ini. Tapi selain seneng dibawain ayam taliwang, kita juga seneng akhirnya ketemu muka sama Eva untuk pertama kalinya. Seru banget malam itu jadinya kumpul bareng sambil pesta ayam taliwang sama mas Ramli dan Eva.

Walaupun dengkul kanan fungsinya tinggal sepertiga dan dengkul kiri udah ga berfungsi sama sekali, tapi hepi banget. Kalo bukan bareng mereka semua ini, mungkin semua petualangan absurd kita ga akan pernah kesampaian. Petualangan magis dan surreal yang sarat pengalaman sangat berharga buat kita semua. Terutama buat Rinjani, yang di ulangtahunnya yang ke-8, berhasil melakukan pencapaian besar dengan menaklukkan ‘dirinya sendiri’.

Buat yang tertarik untuk mencoba rute Aik Berik ini atau sekedar nanya-nanya tentang trekking atau Rinjani Geopark secara keseluruhan , silakan kontak mas Ramli langsung lewat emailnya ramli.omx@gmail.com.

Foto-foto selengkapnya tentang keambrolan kita selama pendakian bisa dilihat di sini.

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

Rinjani Birthday Trip Chapter 1 : The MountainRinjani Birthday Trip Chapter 1 : The Mountain

6 responses to “#RinjaniBirthdayTrip Chapter 1 : The Mountain”

  1. Selamat ulang tahuuun double Rinjani. Selalu seneng baca cerita birthday trip Rinjani.
    Super bangga sama Rinjani yang kuat mendaki tanpa digendong dan tetap selalu ceria. Kebayang banget itu beratnya perjalanan pulang dan hujan. Selalu jadi bagian paling berat disetiap pendakian. Super berat malah. Hutan yang rasanya pas berangkat cuma dilalui dalam waktu 10 menit, mendadak jadi selamanya. But, congratulation… You did it all!!

    1. Waaah terima kasih! Nanti disampein ke Rinjani 🙂
      Iya banget, perjalanan pulang dan hujan itu kombo maut banget, tapi alhamdulillah kita bisa ngelewatinnya 😀

  2. rinjani hebaaaaaat! mas ing mba nyanya mau juga dong aada cerita bawa apa ajaaaa di tas hahaha duh ngiri bgt pengen gini, tp mesti menyiapkan mental ke gunung duluuuuu

  3. […] maksa si ngadainnya. Di satu sisi kita lagi ribet ama kerjaan yang harus diberesin sebelum Rinjani Birthday Trip dan mba lagi on-off bantuin di rumah karna bapaknya sakit. Tapiiii di sisi lain kalo ditunda-tunda […]

  4. […] dan foto-foto selengkapnya masih bisa dibaca di sini dan di […]

  5. waaaaahhhhh aku bacanya sambil tersipu sipuuuuu!

    akhirnyaaaa aku baca bagian ini sampe selesai.
    karena dulu ga mau baca . ga mau iri kalian udah ke Rinjani duluan

    taun ini aku akan merayakan ulangtahunku di Rinjani biar kaya Rinjani
    makanya niat baca ini sampe habis.

    baca ini makin bikin penasaraaaan!

Leave a Reply

Discover more from The Babybirds Family

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading